Diberdayakan oleh Blogger.

Selasa, 29 Oktober 2013

Undangan Rapat rutin MGMP dan Kisi-kisi UAS Gasal 2013/2014

Diberitahukan kepada seluruh anggota MGMP untuk hadir dalam kegiatan rapat MGMP seperti undangan dibawah ini :

Undangan guru anggota :

Undangan Koordinator:

Undangan Pengurus :

Senin, 28 Oktober 2013

7 Aplikasi Membuat Tes dan Kuis Online

Saat ini masih banyak guru disibukan dengan persiapan Uji Kompetensi Guru (UKG).  UKG tahap kedua dijadwalkan mulai awal bulan Oktober 2012.  UKG dilakukan secara online. Tanggapan para guru pun beragam. Yang menarik adalah adanya keresahan para guru dalam mengerjakan soal secara online di depan komputer. Karena selama ini mereka terbiasa mengerjakan tes di atas kertas, paper base test. Masih banyak guru yang belum bisa membayangkan bagaimana cara mengerjakannya soal-soal online tersebut? Belum lagi masih ada guru yang belum terbiasa mengoperasikan komputer. Sehingga tidak heran bila dari sisi guru, UKG yang dilaksanakan secara online cukup menyita perhatian. Yah.. itulah realita guru dan dunia pendidikan di Indonesia.
Bagi guru, sebenarnya tes online  atau kuis online bukan saja mengenai kompetensi dalam hal mengerjakan tes online, tetapi juga berkaitan dengan kompetensi dalam membuat tes online. Guru juga harus mengerti esensi dari tes online. Tes online dipilih karena mampu secara cepat melakukan penilaian dan sekaligus menampilkan nilai perolehan. Sehingga guru lebih cepat mengetahui kemampuan siswa dan segera melakukan perbaikan bagi yang belum berhasil dan memberi penghargaan bagi yang berhasil. Dari sisi siswa, sebenarnya sudah tidak masalah lagi dengan test online, karena mereka sehari-hari sudah akrab dengan internet, games online, dan sosial media.
Membuat tes online tidak mahal dan juga tidak sulit. Tidak perlu membeli software yang mahal, cukup komputer dan web browser yang sudah terkoneksi online. Dari pengalaman penulis, langganan internet rata-rata Rp50.ooo sebulan sudah cukup untuk keperluan seorang guru secara keseluruhan.
Dari penelusuran penulis, banyak sekali layanan test dan kuis online di internet. Berikut ini adalah 7 aplikasi test dan kuis online yang bisa digunakan oleh guru, siswa, dan sekolah, serta institusi pendidikan yang lain.

1. Google Forms


Google Form merupakan salah satu fasilitas dalam layanan Google Drive, selain Google Document, Google Spreadsheet, Google Drawing dan Google Presentation. Google Form atau Google Formulir digunakan untuk merencanakan acara, membuat survai, memberi siswa kuis, tes online, pendaftaran online dan mengumpulkan informasi yang lain dengan cara yang mudah dan efisien. Google Forms secara otomatis terhubung dengan Google Spreadsheet dengan nama file yang sama. Semua data informasi tanggapan disimpan pada file Google Spreadsheet tersebut.
Tipe pertanyaan yang tersedia juga banyak, yakni teks singkat, teks panjang (paragraf), pilihan ganda, kotak pilihan, pilihan dari daftar yang tersedia, dan jawaban dengan rentang skala tertentu.
Google Forms ini bersifat gratis, dan sudah otomatis tersedia jika kita menggunakan layanan Google Drive.

2. Zoho Challenge


Zoho Challenge merupakan salah satu aplikasi dari penyedia layanan komputasi awan Zoho.  Zoho Challenge membuat quiz online lebih powerful.
Zoho Challenge menyediakan berbagai  tipe pertanyaan yang lengkap dan bisa diisi dengan konten multimedia (gambar, suara, dan video). Pertanyaan juga bisa diimpor dari file soal-soal. Yang menarik, Zoho Challenge juga menyediakan fasilitas untuk membuat bank soal. Soal yang ditampilkan pada siswa disusun secara acak, baik soal maupun pilihannya. Analisis dari jawaban yang masuk juga lengkap dan bermakna.
Zoho Challange tersedia dalam versi gratis dan berbayar.

3. QuizStar

QuizStar adalah aplikasi berbasis web untuk membuat quiz, mengadministrasi dan otomatis membuat peringkat kuis-kuis anda secara online. QuizStart  merupakan salah satu layanan yang disediakan oleh 4teachers.org, yang dibuat khusus untuk membuat dan mengatur kuis. Layanan ini bersifat gratis.
Dengan QuizStart anda dapat mengatur kelas-kelas dan kuis-kuis, menyertakan file multimedia pada pertanyaan kuis, membuat kuis dalam berbagai bahasa, dapat diakses dengan komputer yang sudah terhubung dengan internet, memfasilitasi siswa untuk melihat hasil tesnya.

4. ThatQuiz


ThatQuiz
adalah layanan tes gratis untuk guru yang dapat digunakan dikelas-kelas. Dengan ThatQuiz, Guru dapat membuat test pilihan ganda dan tes matematika. Siswa mengerjakannya di web site. Setiap hasil nilai siswa segera dilaporkan ke siswa. Guru akan menerima rekaman lengkap tentang hasil test, nilai  dan jawaban yang benar dan salah.
Layanan  ThatQuiz yang utama adalah soal test matematika (kategori integer, pecahan, konsep dan geometri). Selain itu bisa juga digunakan untuk membuat tes pelajaran lain (kosa kata, geografi, dan sains). Fasilitas yang disediakan oleh ThatQuiz mencakup membuat soal tes menjodohkan dan pilihan ganda, mengadministrasi tes, membuat- mengedit-menghapus kelas, membuat website kelas, import-delete-print tes. ThatQuiz juga menyediakan kemampuan download tes untuk perangkat iPad, Android, dan Windows.

 5. QuizMEOnline

QuizMEOnline dalam websitenya menyatakan sebagai “Jaringan Sosial Bagi Siswa”. Dengan QuizMEOnline, gur bisa membuat kuis, flashcards, panduan belajar, dan catatan online. QuizMeOnline menyediakan fasilitas membuat grup studi dan membuat kelas online. Selain itu juga bisa berbagi materi pelajaran dengan teman atau kelompok belajar.
QuizMeOnline menyediakan fasilatas yang lengkap untuk keperluan guru dalam mengelola kelas, dan terutama memberi suasana belajar bagi para siswa. Untuk guru, QuizMEOnline tersedia dalam versi gratis dan berbayar.

6. Quia Web


Quaia menyediakan layanan agar kita bisa membuat sendiri game pendidikan, kuis, halaman web site untuk kelas, survey dan masih banyak lagi. Jelajahi juga  jutaan kegiatan dan kuis yang dibuat oleh pendidik dari seluruh dunia.
Apa yang bisa dikerjakan leh Quia Web? Membuat 16 tipe aktivitas belajar dengan mudah dan cepat. Tersedia 10 tipe kuis (pilihan ganda, benar/salah, isian singkat, uraian). Membuat kelas dan menganalisa hasil kuis. Jadwal dan kalender onlineUpload gambar dan klip suara. Copy dan modifikasi jutaan aktifitas yang dapat disesuaikkan. Berbagi akivitas dengan siswa, teman, rekan kerja dan siapapun didunia.
Quia Web menyediakan akses gratis selama 30 hari. Untuk melanjutkan fasilitas ini, sekolah dikenakan biaya $49 pertahun. Sedangkan untuk perusahaan $199 pertahun per trainer.

7. QuizEgg


QuizEgg telah dirancang dan dikembangkan sebagai sebuah aplikasi yang mudah untuk digunakan dengan menjaga keseimbangan antara  kecangihan dan kesederhanaan.
QuizEgg berbasis Web. Cukup dengan web browser guru dapat membuat quiz, membuat tema, mendistribusikan quiz dan melihat hasil laporan lengkap secara online. Tidak perlu software yang harus download, install atau update. Delapan tipe pertanyaan. Kedelapan tipe pertanyaan tersebut adalah pilihan ganda, mencocokan, mengurutkan, mengisi isian, jawaban lebih dari satu, daftar kata, isian dan benar/salah. Pengaturan kuis. Upload gambar dan file. Profesional, Customizable Theme. Pengaturan publikasi. Laporan yang detail.
Demikian ke-7 aplikasi untuk membuat tes dan kuis online yang bisa dimanfaatkan guru, siswa, sekolah, dan institusi pendidikan lainnya.

Senin, 14 Oktober 2013

Menghitung Luas Segitiga dengan Rumus Heron



Rumus Heron adalah rumus yang dipakai untuk menghitung luas segitiga yang diketahui ketiga sisinya.
Misalkan diketahui segitiga ABC dengan panjang sisi a, b, dan c. Jika s menyatakan setengah keliling segitiga ABC, atau dikatakan s=½(a+b+c) maka luas segitiga tersebut bisa dinyatakan dengan



Rumus tersebut bisa dibuktikan sebagai berikut :

Cara pertama

misalkan terdapat sebuah segitiga ABC sebagai berikut  dengan alas segitiga adalah a, dan t adalah tinggi segitiga yang ditarik dari titik A


Rumus pythagoras pada segitiga ADC adalah
x2 + t2 = b2 …………………………………………(1)
Rumus pythagoras pada segitiga ADB adalah
(a – x)2 + t2 = c2
a2 – 2ax + x2 + t2 = c2 …………………………..(2)
Dengan mensubstitusi persamaan (1) ke persamaan (2) maka diperoleh
a2 – 2ax + b2 = c2
2ax = a2 + b2 – c2

Dari persamaan (1) diperoleh
t2 = b2 – x2









karena s=½(a+b+c) maka a + b + c = 2s
Jadi



Jika kedua ruas diakarkan maka diperoleh


sehingga


Jadi luas segitiga adalah


Cara kedua

Menurut aturan cosinus :
c2 = a2 + b2 – 2ab cos C
2ab cos C = a2 + b2 – c2

Luas segitiga bisa dinyatakan sbb :
L = ½ab sin C












dengan mengganti a+b+c=2s maka diperoleh






Selasa, 01 Oktober 2013

assessment autentic

A. Pengertian dan Ciri-ciri Assessment Authentic

1. Pengertian 

Assessment autentic sering disebut juga assesment performance atau assesmen alternatif namun bila dikaji lebih lanjut ketiganya memiliki arti berbeda Assessment autentic (penilaian otentik) menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 41) merupakan menunjukkan siswa-siswa dengan tugas-tugas yang bermakna bagi kehidupan. Authentic Assesment berarti memiliki nilai kesepadanan baik dalam konteks internal maupun konteks eksternal. Konteks internal mengacu pada proses pembelajaran di kelas, dan koteks eksternal mengacu pada kehidupan nyata.
Assesment performance atau (penilaian kinerja ) dalam E. Gronlund & Waugh (2009:143) performance assessment is needed when performance skills are not adequately assessed by paper and pencil test alone.For example, science courses are concerned with laboratory skills, english and foreign-language courses are concerned with communication skills,.. jadi penilaian kinerja diperlukan ketika test tulis tidak cukup untuk mengkaji penilaian keterampilan kinerja melalui proses pembelajaran yang menunjukkan kemampuan peserta didik. Menurut Wiyono& Tumardi (2003:29) penilaian performasi adalah proses mengumpulkan informasi melalui pengamatan secara sistematis untuk mengambil keputusan terhadap siswa. Sedangkan, assesmen alternatif (penilaian alternatif) diartikan sebagai pemanfaatan pendekatan non-tradisional untuk memberi penilaian kinerja atau hasil belajar peserta didik atau mahasiswa.Dalam Wiyono dan Sunarni (2009:41) assesmen alternatif biasanya merupakan lawan dari test-test standar, seperti test pilihan ganda.
Penilaian otentik (authentic assesment) merupakan konsep besar yang meliputi sistem pengukuran hasil belajaar dalam bentuk “produk intelektual yang bernilai, signifikan, dan bermakna”. Bilamana guru menerapkan model penilaian autentik untuk menghimpun informasi mengenai prestasi siswa, maka guru menerapkan berbagai kriteria yang berkenaan dengan ‘ konstruksi ilmu pengetahuan, disiplin dalam melakukan penelitian, serta nilai-nilai yang dapat siswa kuasai sesuai dengan harapan sekolah (Wikipedia, 2010)
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa authentic assesment yaitu proses penilaian perilaku kinerja mahasiswa secara multidimensional pada situasi nyata. Peserta didik dituntut dapat menunjukkan hasil belajar berupa kemampuan dalam kehidupan nyata, bukan sesuatu yang dibuat-buat atau yang hanya diperoleh di kelas, tetapi  dikenal dalam  kehidupan sehari-hari.

2. Ciri-ciri Assessment Authentic
Menurut Zainul (2005)  ciri-ciri assesment authentic sebagai berikut:
a)        Multi kriteria, kinerja peserta didik harus dinilai dengan penilaian lebih dari satu kriteria. Misalkan kemampuan peserta didik dalam berbahasa Inggris harus memiliki dasar penilaian dari aspek aksen, sintaksis, dan kosa kata.
b)        Standar kualitas yang spesifik (dalam artian tidak ambigu dan jelas), masing-masing kriteria kinerja peserta didik dapat dinilai secara jelas dan eksplisit dalam memajukan evaluasi kualitas kinerja peserta didik.
c)        Adanya judgement penilaian, membutuhkan penilaian yang bersifat manusiawi untuk menilai bagaimana kinerja siswa dapat diterima secara nyata (real)
Sedangkan, menurut Wiyono & Tumardi (2003:31) tugas performasi akan bisa menjadi Assesmen authentic, bila memiliki lima kriteria, yaitu:
a)    Tugas bermakna bagi guru maupun siswa
b)   Tugas dapat dirancang oleh siswa
c)    Tugas membuat siswa menempatkan, menganalisis informasi, dan menggambarkan suatu kesimpulan
d)   Tugas menuntut siswa mengkomunikasikan secara jelas
e)    Tugas membuat siswa bekerja sama
Assesmen authentic dapat dilakukan melalui pemberian tugas yang bermakna Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42). Ada enam kriteria yang menunjukkan tugas yang bersifat autentik yaitu sebagai berikut.
  1. Menuntut siswa menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk menggunakan pengetahuannya dalam mengerjakan tugas.
  2. Bersifat kompleks dan menuntut siswa menggunakan kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang berbeda.
  3. Menekankan pada respon, performasi , dan produk yang lengkap, adil, halus bahasanya, dan berkualitas tinggi.
  4. Jelas standar dan kriterianya untuk menilai respon, preformasi, atau produk yang benar.
  5. Mensimulasi cara yang memungkinkan siswa menggunakan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan tentang dunia nyata.
  6. Memungkinkan siswa menghadapi tantangan dan peranan seperti peranan dan tugas di lingkungan sekitarnya, baik dirumah maupun di masyarakat.
Dalam implementasinya, ada sejumlah karakteristik yang menunjukkan asesmen autentik. Nitko, 2007 (dalam Wiyono & Sunarni, 2009: 42) mengemukakan tiga karakteristik, yaitu:
  1. Menekankan pada penerapan atau aplikasi, apakah siswa dapat menggunakan pengetahuannya dalam situasi nyata. Dengan kata lain, benar-benar dapat mengungkapkan apa yang diketahui atau dapat dilakukan oleh siswa.
  2. Berfokus pada asesmen langsung, yakni menelaah target atau sasaran pembelajaran secara langsung.
  3. Mendorong pemikiran terbuka, yakni siswa mengekspresikan apa yang diketahui secara bebas, bekerja sama, atau mengerjakan proyekdalam periode tertentu, tidak seperti tes pilihan ganda biasa.

A.     Manfaat dan Tujuan Assessment Authentic

Menurut Indrakusuma (1993:10) Tujuan-tujuan penilaian pendidikan adalah
  1. Mengetahui potensi seorang murid.
  2. Mengetahui apa saja yang telah dicapai anak.
  3. Mengadakan seleksi.
  4. Mengetahui letak kelemahan-kelemahan atau kesulitan-kesulitan yang di alami peserta didik.
  5. Memberi bantuan dalam pengelompokan peserta didik untuk tujuan-tujuan tertentu.
  6. Memotivasi peserta didik dalam belajar
  7. Memberikan bantuan dalam bimbingan ke arahpemilihan jurusan sekolah, dan selanjutnya kearah pemilihan pekerjaan.
Dari tujuan penilaain pendidikan di atas assessment autentic secara analisis sudah memenuhi tujuan penilaian yang harus ada setiap pendidik melakukan penilaian. Tujuan penilaian di kelas oleh guru hendaknya diarahkan pada empat (4) hal berikut.
  1. Menelusuri agar proses pembelajaran anak didik tetap sesuai dengan rencana,
  2. Mengecek adakah kelemahan-kelemahan yang dialami anak didik dalam proses pembelajaran,
  3. Mencari dan menemukan hal-hal yang menyebabkan terjadinya kelemahan dan kesalahan dalam proses pembelajaran,
  4. 4.    Menyimpulkan apakah anak didik telah mencapai kompetensi yang ditetapkan atau belum.
     
B.      Prinsip-Prinsip  Dan  Langkah- Langkah Authentic Assesment

Prinsip-prinsip dalam penilaian menurut Indrakusuma (1993:13) dibagi menjadi dua prinsip. Pertama, prinsip pelaksanaan artinya prinsip-prinsip perlu kita ikuti dalam kita melakukan atau mengadakan penilaian. Kedua, prinsip dasar artinya prinsip-prinsip yang perlu kita pegang sebagai pedoman kerja dalam kita melaksanakan penilaian. Jadi yang harus dimiliki dalam prinsip-prinsip assesment authentic adalah:
1)       Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prosespembelajaran, bukan bagian terpisah dari  proses pembelajaran
2)       Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata
3)       Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4)       Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensori-motorik).
Dapat disimpulkan bahwa Asesmen otentik memiliki beberapa prinsip, antara lain sebagai berikut.
a)    Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pengukuran hasil belajar.Penilaian harus menggunakan ukuran, metode dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar
b)   Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata dan bukan masalah akademik semata.

C.    Langkah- Langkah Authentic Assesment
       Wiyono dan Sunarni (2009: 43) menyatakan ada beberapa langkah yang dilakukan dalam melaksanakan asesmen performasi siswa atau melaksanakan asesmen autentik. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Tahap pertama adalah menjelaskan performasi yang dinilai.
  2. Tahap kedua adalah menetapkan tugas yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai ketercapaian tujuan/target/sasaran pembelajaran.
  3. Tahap ketiga adalah mengembangkan rubik penyekoran atau rubik penilaian.
Ditinjau dari jenisnya, ada beberapa rubik penilaian yang dapat digunakan yaitu rubik penyekoran analitik, rubik penyekoran holistik, rubik penyekoran holistik bercatatan, rubik umum, dan rubik tugas khusus. Dibawah ini dijelaskan tentang jenis-jenis rubik penilaian menurut Wiyono dan Sunarni (2009: 44).
  1. Rubik Penyekoran Analitik
Pada rubik penyekoran analitik, perlu mendaftar kriteria utama kerja yang baik, yang lazim disebut dengan istilah sifat (trait) dan dimensi. Sebagai contoh bentuk rubik penyekoran analitik adalah sebagai berikut.

Gambar 3.1 Contoh Rubik penyekoran Kemampuan Menulis
No.
Komponen
Skor
1.
Faktor tulisan
      1     2     3     4     5
2.
Isi tulisan            1     2     3     4     5
3.
Pengorganisasian tulisan            1     2     3     4     5
4.
Tipe/ bentuk tulisan            1     2     3     4     5
5.
Kaidah tulisan            1     2     3     4     5

  1. Rubik Penyekoran Holistik
Pada rubik penyekor analitik, diskripsi tingkat performasi tiap kriteria dipertimbangkan secara terpisah. Langkah-langkahnya adalah mengembangkandan menggunakan rubik skoring holistik, menetapkan jumlah kategori kualitas secara keseluruhan, menetapkan makna tiap kategori, menggunakan contoh, dan menyusun rangking.

Gambar 3.2 Contoh Rubik Penyekoran Holistik pada Pertanyaan Essay
Jawaban Essay
Kriteria
 
  1. Temuan teridentifikasi dengan jelas, didukung data, tulisan jelas, dan terorganisir dengan baik.
  2. Temua teridentifikasi dengan jelas, tidak didukung data, jelas, dan terorganisir dengan baik.
  3. Temua teridentifikasi dengan dengan jelas, tidak didukung data, tulisan kurang jelas, dan kurang terorganisir.
  4. Temuan tidak teridentifikasi, tidak didukung data, tulisan kurang jelas, dan kurang terorganisir dengan baik.
  5. Tulisan tidak bisa diinterpretasi sama sekali.

  1. Rubik Penyekoran Holistik Bercatatan
Rubik penyekoran holistik bercatatan pada dasarnya sama dengan rubik penyekoran holistik, hanya ditambah balikan kepada siswa mengenai trait-trait yang dimiliki siswa. Setelah memberikan skor holistik, diberiakn komentar sesuai dengan trait-trait yang muncul.
  1. Rubik Umum
Rubik umum menggunakan deskripsi kerja yang menerapkan keseluruhan tugas. Rubik penyekoran umum mengandung bimbingan untuk skoring yang menerapkan keseluruhan tugas yang berbeda. Siswa dapat melakukan banyak terjet belajar yang dilakukan sepanjang tahun di sekolah.
  1. Rubik Penyekoran Tugas Khusus
Rubik penyekoran tugas khusus mengacu pada skala penyekoran yang menerapkan framework penyekoran umum pada tugas khusus.



F.     Contoh Assessment Authentic Penerapan model penilaian otentik berimplikasi pada disain pembelajaran. Menguasai pengetahuan yang dinilai dengan model tes pilihan ganda. Pembelajaran harus dikembangkan sehingga menghasilkan produk belajar dalam bentuk pengetahuan dan ketrampilan menerapkan pengetahuan pada kehidupan nyata. Produk belajar siswa bersifat kontekstual. Berikut  contoh-contoh  tugas yang termasuk dalam asesmen autentik :
1)        Computer adaptive testing (sepanjang tidak berbentuk objektif), yang menuntut peserta didik untuk mengekspresikan diri sehingga dapat menunjukkan tingkat kemampuan yang nyata
2)        Group performance assessment, yaitu tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik secara berkelompok
3)        Individual performance assessment, yaitu tugas yang harus diselesaikan secara mandiri
4)        Interview, yaitu siswa harus merespon pertanyaan lisan dari pengajar
5)        Nontraditional test items, yaitu butir soal yang tidak bersifat objektif tetapi merupakan suatu perangkat respon yang mengharuskan peserta didik memilih berdasarkan kriteria yang ditetapkan
6)        Observasi, meminta peserta didik melakukan suatu tugas. Selama melaksanakan peserta didik tersebut peserta didik diobservasi baik secara terbuka maupun tertutup.
7)        Portofolio, suatu kumpulan hasil karya peserta didik yang disusun berdasarkan urutan waktu maupun urutan kategori kegiatan.
8)        Project, exhibition, or demonstration, yaitu penyelesaian tugas-tugas yang kompleks dalam suatu jangka waktu tertentu yang dapat memperlihatkan penguasaan kemampuan sampai pada tingkatan tertentu pula
9)        Mencongak menuntut jawaban singkat dari siswa, tetapi bukan memilih jawaban dari sederet kemungkinan


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

  1. Assessment autentic menghendaki siswa untuk membangun sesuatu secara mandiri daripada memilih respon terhadap stimulus akademik.
  2. Asesment otentik lebih mengarah pada pengukuran kompetensi  dibanding dengan kepribadian.
  3. Penilaian otentik adalah bentuk asesmen yang dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
  4. Siswa diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka hadapi.
  5. Dengan dukungan kebijakan untuk mengarahkan sekolah-sekolah unggul menerapkan standar penilaian otentik yang disinergikan dengan kemajuan penguasaan teknologi informasi sangat terbuka peluang sekolah untuk lebih kompetitif dalam mempromosikan hasil belajar dalam bentuk produk intelektual yang kreatif dalam bentuk teks, gambar, hitungan, peta konsep, video, garis waktu yang menggambarkan perkembangan. Lebih dari itu, sekolah selalu akan bergerak dari hasil terbaik yang telah dicapai sebelumnya. Produk belajar siswa pada setiap tahun dan jenjang disimpan baik sebagai sistem informasi sekolah yang terbuka untuk diapresiasi publik

DAFTAR PUSTAKA


Wiyono,Bambang B & Tumardi.2003. Evaluasi Pembelajaran. Malang: Penerbit Elang Emas
E. Gronlund, Norman &  Waugh, C.Keith. 2009. Assesment of Student Activement. New Jersey: Pearson Education,Inc.
Wiyono,Bambang B & Sunarni. 2009. Evaluasi Program Pendidikan dan Pembelajaran. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan
Indrakusuma,AD. 1993. Evaluasi Pendidikan (Penilaian Hasil-Hasil Belajar). Malang: IKIP

CTL (Contextual Teaching and Learning)

A. Latar belakang

Ada kecendrungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang
Pendekatan kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual

B. Pemikiran tentang belajar
Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
1. Proses belajar
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
2. Transfer Belajar
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
3. Siswa sebagai Pembelajar
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
4. Pentingnya Lingkungan Belajar
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Hakekat Pembelajaran Kontekstual
Pembelajarn kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: konstruktivisme (Constructivism), bertanya (Questioning), menemukan ( Inquiri), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment)

D. Pengertian Pembelajaran Kontekstual
Merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/ keterampilan yang secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks ke permasalahan/ konteks lainnya.
Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong pebelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkannya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat

E. Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Tradisional
Kontekstual
Menyandarkan pada pemahaman makna.
Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa.
Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan.
Selalu mengkaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang.
Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok).
Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman.
Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri. yang bersifat subyektif.
Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut merugikan.
Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsik.
Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting.
Hasil belajar diukur melalui penerapan penilaian autentik.
Tradisional
Menyandarkan pada hapalan
Pemilihan informasi lebih banyak ditentukan oleh guru.
Siswa secara pasif menerima informasi, khususnya dari guru.
Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis, tidak bersandar pada realitas kehidupan.
Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan.
Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu.
Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan (kerja individual).
Perilaku dibangun atas kebiasaan.
Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan.
Hadiah dari perilaku baik adalah pujian atau nilai rapor.
Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman.
Perilaku baik berdasarkan motivasi entrinsik.
Pembelajaran terjadi hanya terjadi di dalam ruangan kelas.
Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan.

F. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini.
Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
Ciptakan masyarakat belajar.
Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
Lakukan refleksi di akhir pertemuan
Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara

G. Tujuh Komponen Pembelajaran Kontekstual
1. Konstruktivisme
Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
2. Inquiry
Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
3. Questioning (Bertanya)
Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
4. Learning Community (Masyarakat Belajar)
Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Tukar pengalaman.
Berbagi ide
5. Modeling (Pemodelan)
Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
6. Reflection ( Refleksi)
Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Mencatat apa yang telah dipelajari.
Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
7. Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Penilaian produk (kinerja).
Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual


H. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Kerjasama
Saling menunjang
Menyenangkan, tidak membosankan
Belajar dengan bergairah
Pembelajaran terintegrasi
Menggunakan berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

I. Menyusun Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya.
Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar itu, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.
Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

adf