Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 27 Juni 2012

Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa Dalam Mata Pelajaran Matematika SMA/SMK


Siswa SMKN 2 merakit projector dibimbing tenaga pengajarKementerian Pendidikan Nasional telah sepakat bahwa mulai tahun ajaran 2011 ini akan melaksanakan dan mengimplementasikan pendidikan karakter bangsa di semua jenjang pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, cakap, mandiri, memiliki semangat juang yang tinggi, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempunyai peranan penting dalam kemajuan dan teknologi. Secara etimologi, matematika berarti ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar, maksudnya dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio (penalaran). Landasan filsafat matematika mulai dari matematika sebagai ilmu yang terstruktur (Lakatos, 1976) hingga matematika  merupakan aktivitas kehidupan manusia (Freudenthal, 1983). Matematika mempelajari tentang pola keteraturan. Konsep-konsep matematika tersusun secara hirarki, terstruktur, logis dan sistematis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai konsep yang paling kompleks. Dalam matematika, ibarat membangun sebuah gedung bertingkat, lantai kedua dan selanjutnya tidak akan terwujud apabila pondasi dan lantai sebelumnya yang menjadi prasyarat benar-benar dikuasai agar dapat memahami konsep-konsep selanjutnya.
Saat ini pendidikan nasional tengah menggalakkan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa yang diarahkan pada upaya mengembangkan nilai-nilai yang mendasari suatu kebajikan sehingga menjadi suatu kepribadian diri warga negara. Melalui pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah juga terdapat budaya karakter bangsa yang dapat terbentuk dalam diri setiap manusia (peserta didik) yang mempelajarinya.
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional, Karakter merupakan suatu watak, moral atau akhlak yang dibangun di atas berbagai kebajikan yang pada gilirannya hanya memiliki makna ketika dilandasi atas nilai-nilai yang  berlaku dalam suatu bangsa. Karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang dimiliki warga negara bangsa Indonesia berdasarkan tindakan-tindakan yang dinilai sebagai suatu kebajikan berdasarkan nilai yang berlaku di masyarakat dan bangsa Indonesia.
Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menggambarkan kepedulian masyarakat akan pentingnya pendidikan karakter bangsa telah menjadi kepedulian pemerintah dengan mencanangkan program pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui terobosan kurikulum sekolah. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa ke dalam Kurikum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Nilai-nilai dalam Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini:
  1. Agama; masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama, oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya
  2. Pancasila; negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila, yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 serta penjabarannya. Ini berarti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hokum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya dan seni. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang mampu menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya.
  3. Budaya; kehidupan manusia Indonesia selalu didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui oleh masyarakat itu.
  4. Tujuan Pendidikan Nasional; tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu, maka terdapat 18 (delapan belas) nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:
  1. Religius, Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain.
  2. Jujur,  Perilaku yang menjadikan seseorang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan perbuatan.
  3. Toleransi, Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, dan sikap orang lain.
  4. Disiplin, Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
  5. Kerja keras, Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan menyelesaikan sebaik-baiknya.
  6. Kreatif, Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang dimiliki.
  7. Mandiri, Sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
  8. Demokratis, Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
  9. Rasa ingin tahu, Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya.
10. Semangat Kebangsaan, Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta Tanah Air, Cara berpikir yang menunjukkan kesetiaan, kepeduliaan dan penghargaan yang tinggi terhadap lingkungan, bangsa dan Negara.
12. Menghargai Prestasi, Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan karya yang berguna, mengakui dan menghorati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif, Tindakan yang memperlihatkan rasa senang bersahabat dan bekerjasama dengan orang lain.
14. Cinta Damai, Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan oranglain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca, Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli lingkungan, Sikap dan tindakan yang berupaya untuk mencegah kerusakan pada lingkungan.
17. Peduli sosial, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain/masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung jawab, Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban yang seharusnya dilakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara dan Tuhan Yang Maha Esa
Nilai Budaya dan Karakter Bangsa dalam Pelajaran Matematika
Seperti yang telah termaktub dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan matapelajaran mateatika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
  1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah
  2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan  matematika
  3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh
  4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
  5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah
Berdasarkan tujuan pembelajaran matematika tersebut terdapat beberapa nilai karakter bangsa yang dapat dikembangkan melalui pelajaran matematika diantaranya adalah disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu, mandiri, komunikatif dan tanggung jawab.
Disiplin, Karakter disiplin dapat terbentuk dalam mempelajari matematika, karena dalam matematika peserta didik diharapkan mampu mengenali suatu keteraturan pola, memahami aturan-aturan dan konsep-konsep yang telah disepakati. Nilai karakter yang diharapkan dalam belajar matematika adalah seseorang diharapkan mampu bekerja secara teratur dan tertib dalam menggunakan aturan-aturan dan konsep-konsep. Dalam matematika konsep-konsep tersebut tidak boleh dilanggar karena dapat menimbulkan salah arti.
Jujur,  Matematika tidak menerima generalisasi berdasarkan pengamatan (induktif) walaupun pada tahap-tahap awal contoh-contoh khusus dan ilustrasi geometris diperlukan, tetapi untuk generalisasi harus berdasarkan pembuktian deduktif. Karakter yang dapat membentuk jiwa seseorang, bahwa seseorang tidak akan mudah percaya pada isu-isu yang tidak jelas sebelum ada pembuktian. Hal ini tentunya sesuai dengan azas yang dianut oleh hukum di negara kita, azas praduga tak bersalah. Kepribadian yang terbentuk diharapkan adalah sesorang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaannya, karena selalu dapat menunjukkan pembuktian dari setiap perkataan dan tindakannya.

Kerja Keras, karakter yang ingin dibentuk adalah tidak mudah putus asa. Belajar matematika, seseorang harus teliti, tekun dan telaten, dalam memahami yang tersirat dan tersurat. Ada kalanya seseorang keliru dalam pengerjaan suatu perhitungan, namun belum mencapai hasil yang benar, maka seseorang diharapkan dapat dengan sabar melihat kembali (looking back) apa yang telah dikerjakan secara runut dengan teliti, tidak mudah menyerah terus berjuang untuk menghasilkan suatu jawaban yang benar.
Kreatif,  seseorang  yang belajar matematika akan terbiasa untuk kreatif dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapinya. Dalam menyelesaikan persoalan ada yang dapat menyelesaikan dengan cara yang panjang, namun ada pula yang mampu mengerjakan dengan singkat. Bila seseorang terbiasa menyelesaikan permasalahan matematika, maka orang tersebut akan terbiasa memunculkan ide yang kreatif yang dapat membantunya menjalani kehidupan secara lebih efektif dan efisien.
Rasa ingin tahu, memunculkan rasa ingin tahu dalam matematika akan mengakibatkan seseorang terus belajar dalam sepanjang hidupnya, terus berupaya menggali informasi-informasi terkait lingkungan di sekitarnya, sehingga menjadikannya ‘kaya’ akan wawasan dan ilmu pengetahuan. Rasa ingin tahu membuat seseorang mampu menelaah keterkaitan, perbedaan dan analogi, sehingga diharapkan  mampu menjadi a good problems solver (mampu menyelesaikan masalah dengan baik).

Mandiri; dalam pelajaran matematika kita senantiasa menghadapi tantangan, berbagai permasalahan yang menuntut kita untuk menemukan solusi atau penyelesaiannya. Untuk itu peserta didik harus mampu memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain, namun berupaya secara mandiri untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dihadapi dengan baik.

Komunikatif; matematika merupakan suatu bahasa, sehingga seseorang harus mampu mengkomunikasikannnya baik secara lisan maupun tulisan, sehingga informasi yang disampaikan dapat diketahui dan dipahami oleh orang lain. Sebagai contoh notasi 20 x 4 dapat digunakan untuk menyatakan berbagai hal seperti: luas permukaan kolam renang dengan ukuran panjang 20 meter dan lebar 4 meter, banyaknya roda pada 20 buah mobil, atau jarak tempuh sepeda motor selama 4 jam dengan kecepatan 20 km/jam. Contoh ini telah menunjukkan bahwa suatu notasi, yaitu 20 x 4 dapat menyatakan sesuatu hal yang berbeda. Bayangkan jika seseorang tidak mempunyai kemampuan komunikasi, bagaimana hal ini dapat diungkapkan dalam makna yang berbeda?
Tanggung Jawab; Kebiasaan disiplin dalam bernalar yang terbentuk dalam mempelajari matematika melahirkan suatu sikap tanggung jawab atas pelaksanaan kewajiban yang seharusnya dilakukan, baik tanggung jawab terhadap diri sendiri, masyarakat, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
.
Implementasi Pendidikan Berkarakter Bangsa dalam Pelajaran Matematika
Sesuai dengan tujuan pembelajaran matematika yang telah diuraikan sebelumnya, maka guru matematika sebaiknya dapat mengimplementasikan dan memasukkan pendidikan berkarakter bangsa, mulai dari Silabus, RPP, dan dalam proses kegiatan pembelajaran di kelas.
Pembelajaran matematika yang ‘kering nilai’ dapat dikembangkan guru matematika dengan mengintegrasikan dan/atau menekankan pentingnya nilai-nilai positif dari budaya dan karakter bangsa dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai contoh, guru dapat memulai dengan merencanakan proses pembelajaran matematika yang mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dalam penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Nilai-nilai itu dapat diintegrasikan dalam rancangan kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, dan/atau tujuan pembelajaran.
Pengintegrasian nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa dapat ditempuh dengan langkah-langkah berikut:
  1. mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI) untuk menentukan apakah nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang tercantum itu sudah tercakup di dalamnya;
  2. Menggunakan nilai-nilai budaya dan karakter yang memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indicator untuk menentukan nilai yang akan dikembangkan;
  3. Mencantumkan nilai-nilai budaya dan karakter itu ke dalam silabus;
  4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tertera dalam silabus ke dalam RPP;
  5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik secara aktif yang memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam perilaku yang sesuai;
  6. Memberikan bantuan kepada peserta didik, baik yang mengalami kesulitan untuk menginternalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
Selanjutnya Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dapat digunakan untuk mengembangkan proses pembelajaran, misalnya metode inkuiri terbimbing (penemuan terbimbing), tanya jawab, dan penugasan secara individu dan berkelompok, mungkin dapat lebih mengaktifkan belajar siswa daripada hanya menggunakan metode ceramah, ekspositori, atau penugasan individu. Penggunaan open-ended approach dalam pembelajaran matematika dapat lebih mengoptimalkan berkembangnya inovasi dan kreasi siswa dalam menyelesaikan suatu masalah matematika di samping mengoptimalkan berkembangnya kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Penggunaan berbagai model pembelajaran kooperatif dapat lebih mengoptimalkan kemampuan bekerjasama antarsiswa daripada penggunaan model pembelajaran langsung. Walaupun, penggunaan metode-metode tersebut harus disesuaikan dengan keadaan peserta didik dan kondisi sekolah.
Dalam proses pembelajaran, guru matematika dapat mengelola pembelajaran matematika yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, misalnya sikap jujur, rasa ingin tahu, kreatif, inovatif, ulet, tekun, percaya diri, pantang menyerah, bertanggung jawab, dan teguh dalam pendirian. Untuk itu, prasyarat yang harus dimiliki seorang guru matematika tentu adalah penerapan nilai-nilai itu terlebih dahulu dan pola sikap, pola tutur, dan pola tingkah laku ‘sang guru’ sendiri. Ini artinya, guru perlu menjadi teladan terlebih dahulu bagi peserta didiknya.
Membicarakan keteladan seorang guru matematika sangat erat kaitannya dengan pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. Mungkin masih kuat dalam ingatan kita pesan Ki Hajar Dewantara dengan mottonya ing ngarso sung tulodo. Dengan pesan luhur ini, guru diharapkan dapat menjadi sosok yang patut digugu dan ditiru. Guru diharapkan dapat menjadikan sikap, tutur, dan tingkah lakunya dalam mengelola pembelajaran penuh dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa sehingga dapat dijadikan contoh yang baik oleh para peserta didiknya.
Guru adalah juga seorang pemimpin. Seorang pemimpin berarti kita harus menjadi contoh yang baik dan mewujudkan apa yang kita katakan. Oleh karena itu, guru dapat menjadi pemimpin pembelajaran yang bukan saja ing ngarso sung tulodo, namun juga ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani (di depan member teladan, di tengah member bimbingan dan dibelakang member dorongan). Para guru, termasuk guru-guru matematika, merupakan  agen pembelajaran sekaligus agen pembaharuan, dapat menjadi guru-guru terbaik bagi peserta didiknya. Untuk itu, guru dituntut menjadi sumber inspirasi dan motivasi sekaligus menjadi inspirator dan motivator, bagi mereka.
Penutup
Dari uraian tadi terlihat bahwa pelajaran matematika mempunyai konstribusi dalam pembentukan karakter anak bangsa. Bagi para guru mari kita implementasikan pendidikan budaya dan karakter bangsa dalam setiap kegiatan belajar matematika. Pemahaman akan pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit adalah pandangan yang keliru, pandangan yang benar adalah matematika adalah suatu ilmu yang membantu membentuk karakter kepribadian yang baik. Dapat dibayangkan andaikan saja kita memahami bahwa matematika telah memberikan kita pelajaran yang penting dalam penciptaan karakter bangsa ini, tentunya tidak akan terjadi kasus korupsi dan kasus penyalahgunaan kewenangan karena setiap orang memiliki tingkat kedisiplinan yang tinggi, tidak berlaku curang, bersikap jujur dalam menjalankan aturan agama, aturan pemerintah, aturan keluarga dan aturan-aturan lainnya yang berlaku dalam kehidupan kita. Tentunya kita dapat melihat anak-anak generasi penerus bangsa ini menjadi pemimpin-pemimpin yang kreatif dan inovatif, namun tetap mempunyai tujuan dan konsep hidup yang taat pada norma-norma agama dan pancasila, serta tetap berbudaya Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Balitbang.
Lindawati, Sri. (2010). Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis. Tesis. UPI: Tidak diterbitkan.
Pirdaus. (2011). Tantangan dan Peluang Pembelajaran Matematika dalam Upaya Turut Membangun Budaya dan Karakter Bangsa. [Online]. Tersedia: http://pirdauslpmp.wordpress.com
Suherman, E. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: UPI.
Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cipta Pustaka.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

adf