Dalam
artikel “some educational implications of the Humanistic Psychologist”
Abraham Maslow mencoba untuk mengkritisi teori Freud dan behavioristik.
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi
yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan
kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau
“sakit” seperti yang dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan
ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana
manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan
para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan
penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan
positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang
terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan
menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan
kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain,
kejujuran interpersonal, dan pengetahuan interpersonal lainnya. Intinya
adalah meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan
sehari-hari.
Selain
menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang
beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang
membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat,
berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan
berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum
yang luas mengenai perilaku manusia. “Berapa banyak hal yang bisa
dilakukan manusia? Dan bagaimana aku bisa membantu mereka untuk
melakukan hal-hal tersebut dengan lebih baik?
Melihat
hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa
pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan.
Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan,
sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa
dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak
dari para pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan
saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan
mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar
menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan
humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang
menitikberatkan kognisi.
Berbeda
dengan behaviorisme yang melihat motivasi manusia sebagai suatu usaha
untuk memenuhi kebutuhan fisiologis manuisa atau dengan freudian yang
melihat motivasi sebagai berbagai macam kebutuhan seksual, humanistik
melihat perilaku manusia sebagai campuran antara motivasi yang lebih
rendah atau lebih tinggi. Hal ini memunculkan salah satu ciri utama
pendekatan humanistik, yaitu bahwa yang dilihat adalah perilaku manusia,
bukan spesies lain. Akan sangat jelas perbedaan antara motivasi manusia
dan motivasi yang dimiliki binatang. Hirarki kebutuhan motivasi maslow
menggambarkan motivasi manusia yang berkeinginan untuk bersama manusia
lain, berkompetensi, dikenali, aktualisasi diri sekaligus juga
menggambarkan motovasi dalam level yang lebih rendah seperti kebutuhan
fisiologis dan keamanan.
Menurut
aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih
tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikukum untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa
manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik,
dan juga belajar. Jadi sekoah harus berhati-hati supaya tidak membunuh
insting ini dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap.
Jadi bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu
sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan. Dalam
hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi, bukan sebagai konselor
seperti dalam Freudian ataupun pengelola perilaku seperti pada
behaviorisme.
Secara
singkatnya, penedekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada
perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia
untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan
mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan
interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan
untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat.
Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi
sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan
keberhasilan akademik.
Dalam
teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar
memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi
diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan
utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Berikut
adalah para tokoh dalam aliran psikologi humanistik. 3 tokoh aliran
humanistik akan disinggung, namun demikian tokoh humanistik yang menjadi
fokus dalam paper ini adalahCarl Rogers.
Tokoh-Tokoh Teori Humanistik
Arthur Combs (1912-1999)
Bersama
dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian
pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar
yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi
individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau
tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau
sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan
merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan
baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting
ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya
dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs
memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran
kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2)
adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi
diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal
yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan.
Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :
(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang
(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
Maslow
mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang
mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa
yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga
memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke
arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi
dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Maslow
membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan
fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di
atasnya, ialah kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki
kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting
yang harus diperharikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia
mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini mungkin berkembang
kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Carl Ransom Rogers
Carl
Ransom Rogers (1902-1987) lahir di Oak Park, Illinois pada tanggal 8
Januari 1902 di sebuah keluarga Protestan yang fundamentalis. Kepindahan
dari kota ke daerah pertanian diusianya yang ke-12, membuat ia senang
akan ilmu pertanian. Ia pun belajar pertanian di Universitas Wisconsin.
Setelah lulus pada tahun 1924, ia masuk ke Union Theology Seminary di
Big Apple dan selama masa studinya ia juga menjadi seorang pastor di
sebuah gereja kecil. Meskipun belajar di seminari, ia malah ikut kuliah
di Teacher College yang bertetangga dengan seminarinya.
Tahun
1927, Rogers bekerja di Institute for Child Guindance dan mengunakan
psikoanalisa Freud dalam terapinya meskipun ia sendiri tidak menyetujui
teori Freud. Pada masa ini, Rogers juga banyak dipengaruhi oleh Otto
Rank dan John Dewey yang memperkenalkan terapi klinis. Perbedaan teori
yang didapatkannya justru membuatnya menemukang benang merah yang
kemudian dipakai untuk mengembangkan teorinya kelak.
Tahun
1957, Rogers pindah ke Universitas Wisconsin untuk mengembangkan idenya
tentang psikiatri. Setelah mendapat gelar doktor, Rogers menjadi
profesor psikologi di Universitas Universitas Negeri Ohio. Kepindahan
dari lingkungan klinis ke lingkungan akademik membuat Rogers
mengembangkan metode client-centered psychotherapy. Disini dia
lebih senang menggunakan istilah klien terhadap orang yang berkonsultasi
dibandingkan memakai istilah pasien. Rogers membedakan dua tipe
belajar, yaitu:
- Kognitif (kebermaknaan)
- experiential ( pengalaman atau signifikansi)
Kecewa
karena tidak bisa menyatukan psikiatri dengan psikolog, Rogers pindah
ke California tahun 1964 dan bergabung dengan Western Behavioral Science
Institute. Ia lalu mengembangkan teorinya ke bidang pendidikan. Selain
itu ia banyak memberikan workshopdi Hongaria, Brazil, Afrika Selatan, dan bahkan ke eks Uni Soviet. Rogers wafat pada tanggal 4 Februari 1987.
Teori Humanistik Carl Rogers
Meskipun
teori yang dikemukan Rogers adalah salah satu dari teori holistik,
namun keunikan teori adalah sifat humanis yang terkandung didalamnya.
Teori humanistik Rogers pun menpunyai berbagai nama antara lain : teori
yang berpusat pada pribadi (person centered),non-directive, klien (client-centered), teori yang berpusat pada murid (student-centered), teori yang berpusat pada kelompok (group centered), dan person to person). Namun istilahperson centered yang sering digunakan untuk teori Rogers.
Rogers
menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram dan
putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh
harapan dan optimis tentang manusia karena manusia mempunyai
potensi-potensi yang sehat untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan
pengertian humanisme pada umumnya, dimana humanisme adalah doktrin,
sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-nilai manusia sebagai pusat
dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan kapasitas untuk
merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Asumsi dasar teori Rogers adalah:
- Kecenderungan formatif
Segala hal di dunia baik organik maupun non-organik tersusun dari hal-hal yang lebih kecil.
- Kecenderungan aktualisasi
Kecenderungan
setiap makhluk hidup untuk bergerak menuju ke kesempurnaan atau
pemenuhan potensial dirinya. Tiap individual mempunyai kekuatan yang
kreatif untuk menyelesaikan masalahnya.
Struktur Kepribadian
Sejak
awal Rogers mengamati bagaimana kepribadian berubah dan berkembang, dan
ada tiga konstruk yang menjadi dasar penting dalam teorinya: Organisme,
Medan fenomena, dan self.
1. Organisme
Pengertian organisme mencakup tiga hal:
- mahkluk hidup
organisme
adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan
merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran
setiap saat, yakni persepsi seseorang mengenai kejadian yang terjadi
dalam diri dan dunia eksternal
- Realitas Subyektif
Oranisme
menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah
persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
- Holisme
Organisme
adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan
berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi
dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan
mengembangkan diri.
2. Medan Fenomena
Medan
fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun
eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini
merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di
dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
3. Diri
Konsep
diri mulai terbentuk mulai masa balita ketika potongan-potongan
pengalaman membentuk kepribadiannya dan menjadi semakin mawas diri akan
identitas dirinya begitu bayi mulai belajar apa yang terasa baik atau
buruk, apa ia merasa nyaman atau tidak. Jika struktur diri itu sudah
terbentuk, maka aktualisasi diri mulai terbentuk. Aktualisasi diri
adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan sang diri sebagai mana
yang dirasakan dalam kesadaran. Sehingga kecenderungan aktualisasi
tersebut mengacu kepada pengalaman organik individual, sebagai suatu
kesatuan yang menyeluruh, akan kesadaran dan ketidak-sadaran, psikis dan
kognitif.
Diri dibagi atas 2 subsistem :
· Konsep diri yaitu penggabungan seluruh aspek keberadaan dan pengalaman seseorang yang disadari oleh individual (meski tidak selalu akurat).
· Diri ideal yaitu cita-cita seseorang akan diri.
Terjadinya kesenjangan antara akan menyebabkan ketidak-seimbangan dan kepribadian menjadi tidak sehat.
Menurut Carl Rogers ada bebeapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
Kesadaran
Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
- Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
- Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
- Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
Kebutuhan
- Pemeliharaan
Pemeliharaan
tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan
, sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk
berkembang.
- Peningkatan diri
Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
- Penghargaan positif (positive regard)
Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
- Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.
Stagnasi Psikis
Stagnasi psikis terjadi bila :
- ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
- Ketimpangan
yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat
seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri
akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang
lain namun juga untuk dirinya.
- Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
Untuk
mencegah tidak konsistennya pengalaman organik dengan konsep diri, maka
perlu diadakan pertahanan diri dari kegelisahan dan ancaman
adalah penyangkalan dan distorsi terhadap pengalaman yang tidak
konsisten. Distorsi adalah salah interpretasi pengalaman dengan konsep
diri, sedangkan penyangkalan adalah penolakan terhadap pengalaman.
Keduanya menjaga konsistensi antara pengalaman dan konsep diri supaya
berimbang.
Cara
pertahanan adalah karakteristik untuk orang normal dan neurotik. Jika
seseorang gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut, maka individu akan
menjadi tidak terkendali atau psikotik. Individu dipaksakan untuk
menerima keadaan yang tidak sesuai dengan konsep dirinya terus menerus
dan akhirnya konsep dirinya menjadi hancur. Perilaku tidak terkendali
ini dapat muncul mendadak atau dapat pula muncul bertahap.
Dinamika Kepribadian
1. Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
2. Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme
berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan = keadaan tanpa
konflik ) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi
self dengan pengalaman.
3. Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang
organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana
energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang
organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk
mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu
kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan
pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
Perkembangan Kepribadian
Rogers
meyakini adanya kekuatan yang tumbuh pada semua orangyang mendorong
orang untuk semakin kompleks, ekspansi, sosial, otonom, dan secara
keselutuhan semakin menuju aktualisasi diri atau menjadi Pribadi yang berfungsi utuh (Fully Functioning Person)
Ada lima ciri kepribadian yang berfungsi sepenuhnya:
- Terbuka untuk mengalami (openess to experience)
Orang
yang terbuka untuk mengalami mampu mendengar dirinya sendiri, merasakan
mendalam, baik emosional maupun kognitif tanpa merasa terancam.
Mendengar orang membual menimbulkan rasa muak tanpa harus diikuti
perbuatan untuk melampiaskan rasa muak tersebut.
- Hidup menjadi (Existential living).
Kecenderungan
untuk hidup sepenuhnya dan seberisi mungkin pada seiap eksistensi.
Disini orang menjadi fleksibel, adaptable, toleran, dan spontan.
- Keyakinan Organismik (Organismic trusting)
Orang
mengambil keputusan berdasarkan pengalaman organismiknya sendiri,
mengerjakan apa yang dirasanya benar sebagai bukti kompetensi dan
keyakinannya untuk mengarahkan tingkah laku. Orang mampu memakai
perasaan yang terdalam sebagai sumber utama membuat keputusan.
- Pengalaman kebebasan ( Experiental Freedom).
Pengalaman
hidup bebas dengan cara yang diinginkan sendiri, tanpaperasan tertekan
atau terhambat. Orang itu melihat banyak pilihan hidup dan merasa mampu
mengerjakan apa yang ingin dikerjakannya.
- Kreatifitas (Creativity)
Merupakan
kemasakan psikologik yang optimal. Orang dengan good life kemungkinan
besar memunculkan produk kreatif dan hidup kreatif.
Terapi yang Diberikan
Seperti
disebutkan di atas, bahwa Rogers menolak psikoanalisis Freud dan
behavioris dalam teorinya, sehingga terapi yang digunakannya juga
berbeda. Rogers tidak mempermasalahkan bagaimana klien menjadi seperti
ini, namun lebih menekankan bagaimana klien akan berubah. Terapis hanya
menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien
itu sendiri. Itulah sebabnya teori Rogers disebut sebagai person-centered theory.
Kesimpulan Teori Humanistik Carl Rogers
1. Teori
Rogers disebut humanis karena teori ini percaya bahwa setiap individu
adalah positif, serta menolak teori Freud dan behaviorisme.
2. Asumsi dasar teori Rogers adalah kecenderungan formatif dan kecenderungan aktualisasi.
3. Diri (self) adalah terbentuk dari pengalaman mulai dari bayi, di mana diri terdiri dari 2 subsistem yaitu konsep diri dan diri ideal.
4. Kebutuhan individu ada 4 yaitu : (1) pemeliharaan, (2) peningkatan diri, (3) penghargaan positif (positive regard), dan (4) Penghargaan diri yang positif (positive self-regard)
5. Stagnasi
psikis terjadi bila terjadi karena pengalaman dan konsep diri yang
tidak konsisten dan untuk menghindarinya adalah pertahanan (1) distorsi
dan (2) penyangkalan. Jika gagal dalam menerapkan pertahanan tersebut
konsep diri akan hancur dan menyebabkan psikotik.
6. Dalam terapi, terapis hanya menolong dan mengarahkan klien dan yang melakukan perubahan adalah klien itu sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan
Teori
Roger dalam bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam
fasilitator belajar yaitu (1) realitas di dalam fasilitator belajar, (2)
penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan, dan (3) pengertian yang
empati.
- Realitas di dalam fasilitator belajar
Merupakan
sikap dasar yang penting. Seorang fasilitator menjadi dirinya sendiri
dan tidak menyangkal diri sendiri, sehingga ia dapat masuk kedalam
hubungan dengan pelajar tanpa ada sesuatu yang ditutup-tutupi.
- Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan
Menghargai
pendapat, perasaan, dan sebagainya membuat timbulnya penerimaan akan
satu dengan lainnya. Dengan adanya penerimaan tersebut, maka akan muncul
kepercayaan akan satu dengan lainnya.
- Pengertian yang empati
Untuk
mempertahankan iklim belajar atas dasar inisiatif diri, maka guru harus
memiliki pengertian yang empati akan reaksi murid dari dalam. Guru
harus memiliki kesadaran yang sensitif bagi jalannya proses pendidikan
dengan tidak menilai atau mengevaluasi. Pengertian akan materi
pendidikan dipandang dari sudut murid dan bukan guru.
Guru
menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai
seperti memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil.
Experiential Learning menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan
siswa. Kualitas belajar experiential learning mencakup : keterlibatan
siswa secara personal, berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan
adanya efek yang membekas pada siswa.
Menurut
Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa
akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian
bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai
bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas
belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan
diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila
ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan
berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar
inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan
terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai
terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya
sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar
yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah
belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai
proses perubahan itu.
Salah
satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada
tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri
guru yang fasilitatif adalah :
- Merespon perasaan siswa
- Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
- Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
- Menghargai siswa
- Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
- Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
- Tersenyum pada siswa
Dari
penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk
meraih prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang
kurang disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan
disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa
menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih
tinggi.
Implikasi Teori Belajar Humanistik
a. Guru Sebagai Fasilitator
Psikologi
humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut
ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai
kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari
beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator
membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di
dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia
mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia
mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai
tujuan mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di
dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
7. Bilamana
cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang
anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang
individu, seperti siswa yang lain.
8. Dia
mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan
juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi
sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau
ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
10. Di
dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba
untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi
teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru
dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar
dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada
siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri ,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi
diri yang bersifat negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
- Merumuskan tujuan belajar yang jelas
- Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
- Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
- Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
- Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
- Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
- Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
- Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada
materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati
nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa
diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Ciri-ciri guru yang baik dan kurang baik menurut Humanistik
Guru
yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor,
adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan
mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada
perubahan.
Sedangkan
guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswaa dengan
komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka
terhadap perubahan yang ada.
Kesimpulan
Humanistik
tertuju pada masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dan
dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Prinsip- prinsip belajar humanistic:
1. Manusia mempunyai belajar alami
2. B elajar signifikan terjadi apabila materi plajaran dirasakan murid mempuyai relevansi dengan maksud tertentu
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasarkan bila ancaman itu kecil
5. Bila bancaman itu rendah terdapat pangalaman siswa dalam memperoleh caar
6. Belajar yang bermakna diperolaeh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancer jika siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri pada siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar
Daftar Pustaka
Alwilsol (2004), Psikologi Kepribadian, UMM Press
Freist, J & Freist, Gregory (1998), Theories of Personality, Amerika : Mc Graw Hill.
Hall, Calvin S., & Lindzey, Gardner (2000), Teori-Teori Holistik (Organismik-Fenomenologis), Dr. A. Supratiknya (ed.), Jogjakarta :Kanisius .
Robert, Thomas B., Four Psychologies Applied to Education, 1975, New York, Hals Ted Press Dvision
Smith, Mark K. , (1997), Carl Rogers, Core Conditions and Education, www. Infred.org/thinkers/et-rogers.htm#intro.
0 komentar:
Posting Komentar